JAKARTA – Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Ade Suherman, mendorong pembangunan sanitasi modern untuk masyarakat Jakarta. Untuk itu, pihaknya bakal mengawal proyek strategis ini berjalan tepat waktu dan sesuai tujuan.
Bersama Anggota Komisi B lainnya, ia menyambangi lokasi pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin 23 Juni 2025. Ia ingin memastikan proyek tersebut berjalan sesuai harapan yakni, bisa meningkatkan kualitas sanitasi dan perlindungan lingkungan.
Dalam peninjauan lapangan, rombongan Komisi B menerima paparan teknis dari pelaksana proyek, termasuk progres pembangunan 13 titik manhole sebagai bagian penting dari jaringan pemeliharaan sistem.
Ia menegaskan Komisi B akan terus mengawal jalannya proyek, baik dari sisi kualitas teknis maupun manfaat sosialnya. Sebab, proyek tersebut itu merupakan investasi kesehatan dan keberlanjutan kota.
“Proyek ini bukan sekadar pembangunan infrastruktur, tapi investasi untuk kesehatan warga dan keberlanjutan kota. Bersama kita wujudkan Jakarta yang sehat, tertata, dan berkelas dunia,” ujar Ade di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
JAKARTA – Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Ade Suherman mendukung proyek Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) yang tengah dibangun di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
SPALD-T merupakan sistem pengolahan limbah domestik yang dirancang secara terintegrasi dan modern, sejalan dengan visi Jakarta sebagai kota global dan berbudaya.
Ade menekankan bahwa proyek ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan pelaksana proyek, tetapi juga memerlukan dukungan aktif dari masyarakat agar dapat berjalan maksimal.
“Kami mengajak warga sekitar dan masyarakat Jakarta secara umum untuk ikut mendukung pelaksanaan proyek ini. Baik melalui pemahaman, kesabaran selama proses konstruksi, maupun peran aktif dalam menjaga fasilitas yang nantinya dibangun,” kata Ade kepada wartawan, Selasa, 24 Juni.
Ade memandang, dukungan masyarakat akan menjadi faktor penting dalam keberhasilan sistem ini, terutama saat memasuki tahap operasional di masa mendatang. Ia pun menegaskan bahwa Komisi B DPRD DKI Jakarta akan terus mengawal jalannya proyek, baik dari sisi kualitas teknis maupun manfaat sosialnya.
“Proyek ini bukan sekadar pembangunan infrastruktur, tapi investasi untuk kesehatan warga dan keberlanjutan kota. Bersama kita wujudkan Jakarta yang sehat, tertata, dan berkelas dunia,” tutur Anggota Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta tersebut.
Komisi B DPRD DKI, lanjutnya, sempat meninjau pembangunan SPALD-T pada Senin, 23 Juni. Peninjauan ini dilakukan dalam rangka memastikan proyek strategis ini berjalan tepat waktu dan sesuai tujuan untuk meningkatkan kualitas sanitasi dan perlindungan lingkungan di Ibu Kota.
Dalam peninjauan lapangan, rombongan Komisi B menerima paparan teknis dari pelaksana proyek, termasuk progres pembangunan 13 titik manhole sebagai bagian penting dari jaringan pemeliharaan sistem.
“Pembangunan SPALD-T ini adalah langkah besar menuju sistem sanitasi modern yang akan meningkatkan kualitas hidup warga. Sanitasi yang tertata dengan baik juga akan menurunkan risiko penyakit berbasis lingkungan,” tandasnya.
Jakarta, ibu kota Indonesia yang megah, menyimpan rahasia kelam di balik gedung pencakar langit dan hiruk-pikuknya: air limbah. Tanpa disadari, setiap hari, jutaan liter air kotor dari wastafel, kamar mandi, dan toilet mengalir tak terbendung, mencemari kanal, sungai, dan ekosistem kota. Sungai Ciliwung, urat nadi Jakarta, telah lama berubah menjadi selokan raksasa. Limbah ini bukan sekadar masalah estetika—ia mengancam kesehatan 10 juta warga, mencemari air tanah, dan menghambat cita-cita Jakarta sebagai kota modern.
Namun, di tengah tantangan ini, Jakarta tidak tinggal diam. Perumda Paljaya—badan usaha milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta—yang dipimpin oleh Direktur Utama Ir. Untung Suryadi, ST, IPU, ASEAN Eng., memimpin perjuangan menaklukkan ancaman air limbah dengan sistem pengelolaan modern dan solusi berbasis komunitas.
Untuk memahami krisis air limbah di Jakarta, kita harus melihat kontras yang mencolok dalam pengelolaannya. Di kawasan segitiga emas seperti Mega Kuningan, SCBD, Gatot Subroto, Sudirman, dan sebagian wilayah Kecamatan Setiabudi-Tebet, telah tersedia jaringan pipa bawah tanah yang mengalirkan air limbah ke fasilitas pengolahan modern milik Paljaya. Penduduk di sini jarang memikirkan ke mana air limbah mereka pergi—semuanya tertata rapi, mencerminkan visi kota metropolitan yang terorganisir.
Sebaliknya, di permukiman padat yang memeluk bantaran sungai, sanitasi adalah kemewahan. Rumah-rumah sederhana yang berdiri di atas air keruh tidak memiliki akses ke sistem pengolahan air limbah terpusat. Banyak warga bergantung pada tangki septik yang tidak sesuai standar, atau lebih buruk lagi, membuang air limbah langsung ke sungai. Sungai Ciliwung dan kanal-kanal kota menjadi saksi bisu polusi yang tak kunjung usai, menciptakan lingkaran setan antara pencemaran dan penyakit.
“Kondisi tangki septik yang tidak standar dan sering bocor menyebabkan pencemaran air tanah, padahal banyak masyarakat masih menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Untung Suryadi kepada TrustNews.
Paljaya mengelola air limbah Jakarta melalui dua pendekatan: sistem terpusat dan sistem setempat.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) menjadi kebanggaan kota ini. Jaringan pipa bawah tanah mengalirkan air limbah rumah tangga—dari air bekas cuci hingga limbah toilet—menuju dua instalasi pengolahan utama: IPAL Setiabudi dan IPAL Krukut. Kedua fasilitas ini mampu memproses 30.000 meter kubik air limbah per hari, melayani sekitar 2,7 juta population equivalent (PE)—satuan yang mengukur beban air limbah dari penduduk dan aktivitas bisnis.
Di kawasan seperti Rasuna Said, Mega Kuningan, Sudirman, SCBD, Senayan, Gatot Subroto, Manggarai, Guntur, dan Setiabudi, air limbah dialirkan tanpa hambatan, diolah hingga aman, dan dikembalikan ke badan air dalam kondisi sesuai baku mutu yang ditetapkan.
“Tahun ini kami menargetkan peningkatan cakupan layanan air limbah melalui sistem perpipaan menjadi 22,93 persen (dari sebelumnya 17,83 persen), atau melayani 2,49 juta penduduk, dengan pembangunan jaringan pipa sepanjang 107.930 meter,” ujar Untung Suryadi. “Paljaya terus memperluas jaringan pipa untuk menjangkau lebih banyak rumah hingga gedung perkantoran, mewujudkan mimpi Jakarta sebagai kota dengan sanitasi kelas dunia,” tegasnya.
Di wilayah padat dengan gang sempit dan rumah berdesakan, sistem terpusat sulit diterapkan. Di sinilah Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) menjadi solusi. Sistem ini menggunakan tangki septik modifikasi untuk mengolah seluruh air limbah rumah tangga, baik black water (tinja) maupun grey water (air bekas). Tangki ini harus dikuras secara berkala—minimal tiga tahun sekali—untuk mencegah kebocoran atau luapan.
Lumpur tinja dari tangki septik kemudian diangkut dan diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Pulo Gebang atau Duri Kosambi, yang mampu menangani 1.800 meter kubik lumpur per hari. “Kami mengoperasikan 31 armada truk (dan didukung 300 armada swasta) untuk mempercepat layanan penyedotan,” jelas Untung.
Namun, tantangan tetap ada. Banyak rumah tidak memiliki tangki septik sesuai standar dan sering mengabaikan penyedotan rutin karena biaya atau kurangnya kesadaran. Akibatnya, limbah meresap ke tanah atau mengalir ke kanal.
Untuk menjawab tantangan ini, Pemprov DKI Jakarta bersama Paljaya meluncurkan Program Subsidi Revitalisasi Tangki Septik (RTS), berdasarkan Peraturan Gubernur No. 79 Tahun 2021. Program ini menyasar rumah tangga berpenghasilan rendah, terutama di bantaran sungai, dengan tujuan menyediakan tangki septik sesuai standar, baik melalui pembangunan baru maupun perbaikan.
Pada 2020, Paljaya berhasil merevitalisasi 434 unit tangki septik di empat kelurahan—langkah awal menuju sanitasi yang lebih baik. RTS bukan hanya program infrastruktur, tetapi juga upaya mengubah perilaku masyarakat. Paljaya juga mendukung program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), inisiatif nasional untuk menghapus praktik buang air besar sembarangan. Ketika jumlah tangki septik standar tercapai di suatu wilayah, masyarakat dapat mendeklarasikan diri sebagai wilayah bebas buang air besar sembarangan.
“Dengan berubahnya status hukum menjadi Perumda, kami diharapkan terus meningkatkan pelayanan demi kesejahteraan masyarakat,” tegas Untung, merujuk pada transformasi PD PAL Jaya menjadi Perumda Paljaya pada 2021.
Meski sudah melangkah jauh, perjuangan Jakarta melawan air limbah masih panjang. Keterbatasan lahan untuk infrastruktur, pertambahan populasi, serta ancaman perubahan iklim memperumit situasi. Kenaikan permukaan laut dan banjir dapat merusak sistem sanitasi. Mengubah pola pikir warga—khususnya yang menganggap sanitasi sepele—juga membutuhkan waktu.
“Kami berupaya memaksimalkan serapan anggaran untuk pembangunan IPAL, meskipun menghadapi kendala dalam proses perjanjian kerja sama,” ujar Untung.
Meski begitu, Paljaya tidak menyerah. Perumda Paljaya terus berinovasi dan memperluas cakupan layanan pengelolaan air limbah di Jakarta. Kolaborasi dengan swasta—seperti dalam pengelolaan limbah B3 medis yang direncanakan mulai 2023—merupakan langkah strategis. Edukasi kepada masyarakat, investasi infrastruktur, serta pemenuhan standar layanan akan membawa Jakarta menuju sanitasi yang aman dan layak.
Kisah air limbah Jakarta adalah cerminan perjuangan kota besar: menjembatani kesenjangan antara kemajuan dan keterbatasan. Dari pipa-pipa modern di kawasan elite hingga tangki septik di bantaran sungai, setiap langkah menuju sanitasi yang lebih baik adalah kemenangan bagi warga.
Sungai Ciliwung yang kini tercemar mungkin suatu hari mengalir jernih kembali—simbol kebangkitan kota. Dengan komitmen bersama, Jakarta tidak hanya melawan air limbah, tetapi juga membangun masa depan, tempat setiap warga dapat hidup dengan martabat dan kesehatan yang lebih baik.
“Kami berkomitmen untuk mewujudkan Jakarta yang sehat dan aman dari pencemaran air limbah, di mana setiap tetes dikelola dengan baik demi kesejahteraan warga dan keberlanjutan lingkungan,” pungkas Untung.
Perumda Paljaya bersama Baznas Bazis DKI Jakarta menjalin kerja sama strategis jangka panjang melalui Program Peduli Lingkungan Masjid yang mengusung tema ‘Sanitasi Aman untuk Jakarta Bersih dan Sehat’.
“Sepanjang berada di Jakarta, itu bisa kita fasilitasi,”
Peluncuran program ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh Direktur Utama Perumda Paljaya, Untung Suryadi dan Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta, Akhmad Abubakar di Masjid Al Insan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).
Setelah itu, dilaksanakan penyedotan perdana lumpur tinja program Peduli Lingkungan Masjid di lokasi.
Direktur Utama Perumda Paljaya, Untung Suryadi mengatakan, sebagai bagian dari upaya mendukung pencapaian target akses Sanitasi Aman Provinsi DKI Jakarta, pihaknya menerapkan strategi-strategi salah satunya berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk pembiayaan penyediaan akses sanitasi aman tersebut.
“Pada Tahun 2025, salah satu kolaborasi yang akan diimplementasikan adalah dengan Baznas Bazis DKI Jakarta melalui beberapa program bersama, salah satunya yaitu Program Peduli Lingkungan Masjid,” ujarnya.
Untung menegaskan pentingnya edukasi masyarakat mengenai pengelolaan air limbah domestik, termasuk layanan penyedotan lumpur tinja dan penggunaan instalasi BioPAL. Ia menilai, kolaborasi ini menjadi wadah sosialisasi penting agar masyarakat lebih aware.
“Inisiatif ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi aman, khususnya di lingkungan rumah ibadah,” katanya.
Untung mengatakan, program ini juga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan masjid. Melalui Baznas, masyarakat bisa menyalurkan donasi secara spesifik untuk masjid yang ingin mereka bantu dalam layanan penyedotan limbah.
“Jika ada jemaah yang ingin masjid tertentu disedot tangki septiknya, cukup menyalurkan dana ke Baznas Bazis DKI dan menyebutkan lokasi masjid. Sepanjang berada di Jakarta, itu bisa kita fasilitasi,” ucapnya.
Untung menyampaikan, kesadaran masyarakat terhadap sanitasi aman tidak hanya soal apa yang dikonsumsi, tapi juga bagaimana limbah dikelola.
“Kerja sama ini juga terbuka untuk integrasi dengan program lain Baznas Bazis DKI Jakarta, seperti bedah rumah, yang turut menekankan pentingnya pembangunan fasilitas sanitasi seperti tangki septik,” katanya.
Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta, Akhmad Abubakar menjelaskan, program ini merupakan bagian dari inisiatif pemberdayaan lingkungan JAK B GREEN, yang menyasar rumah ibadah, kawasan padat, dan rumah-rumah warga kurang mampu.
“Program ini bukan hanya tentang sanitasi, tapi menyentuh aspek kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Masjid Al Insan kami pilih sebagai titik awal agar manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh warga dan DKM,” tutur Akhmad.
Ia menambahkan, kerja sama ini akan berlangsung jangka panjang, dan diharapkan bisa menjadi contoh baik yang ditiru oleh lebih banyak komunitas, perusahaan, maupun warga DKI Jakarta.
“Sanitasi adalah bagian dari ibadah sosial. Kami berharap kerja sama ini menginspirasi gerakan masif demi lingkungan yang bersih, sehat, dan berkah,” tandasnya.
Sebagai informasi, Program Peduli Lingkungan Masjid menjadi salah satu upaya konkret memperkuat sinergi antar lembaga dalam mendorong kualitas hidup masyarakat melalui pendekatan spiritual, sosial, dan lingkungan. Perumda Paljaya dan Baznas Bazis DKI Jakarta menargetkan kolaborasi ini menyasar lebih banyak masjid dan kawasan padat penduduk di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Selain itu, hingga saat ini, total dana terkumpul sebesar Rp170.000.000 yang berasal dari zakat karyawan, zakat perusahaan dan program CSR Perumda Paljaya.
Sonora.id – BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta bersama Perumda PAL Jaya resmi meluncurkan program kolaboratif bertajuk “Sanitasi Aman untuk Jakarta Bersih dan Sehat”, sebagai bagian dari inisiatif lingkungan bertema JAK B GREEN. Peluncuran program ini berlangsung di Masjid Raya Al Ihsan, Senayan, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Program “Sanitasi Aman untuk Jakarta Bersih dan Sehat” dirancang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya pengelolaan air limbah domestik yang aman dan ramah lingkungan. Fokus utama program ini adalah pada layanan penyedotan lumpur tinja secara berkala dan instalasi sistem sanitasi ramah lingkungan seperti BioPAL—teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan.
Kawasan-kawasan yang menjadi prioritas pelaksanaan program ini mencakup wilayah bedah rumah, bedah kawasan, serta rumah ibadah seperti masjid. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada kebutuhan mendesak akan perbaikan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, terutama di lingkungan padat penduduk dengan keterbatasan akses fasilitas sanitasi.
Program ini berhasil menghimpun total dana sebesar Rp170.000.000,- yang bersumber dari zakat karyawan Perumda PAL Jaya, zakat perusahaan Perumda PAL Jaya, dan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Perumda PAL Jaya.
Ketua BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta, Akhmad H. Abubakar, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas sinergi yang terbangun antara lembaga zakat dan BUMD Jakarta.
“Kolaborasi ini menjadi bukti nyata bahwa zakat, infak, dan sedekah dapat dikelola secara produktif untuk menjawab tantangan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Melalui Sanitasi Aman untuk Jakarta Bersih dan Sehat, kami ingin membangun budaya hidup bersih yang dimulai dari fasilitas sanitasi yang layak dan aman,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa program ini akan terus diperluas ke berbagai wilayah di DKI Jakarta dengan menggandeng lebih banyak mitra, termasuk perusahaan swasta dan komunitas lokal.
Direktur Utama Perumda PAL Jaya, yang turut hadir dalam acara tersebut, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung inisiatif berbasis lingkungan. Menurutnya, pendekatan kolaboratif antara sektor publik dan lembaga keagamaan seperti BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta menjadi fondasi kuat untuk membentuk kota yang sehat dan berkelanjutan.
Program ini juga diharapkan dapat menjadi model replikasi nasional dalam pengelolaan sanitasi berbasis zakat dan CSR, serta menjadi bagian dari solusi konkret untuk mengatasi permasalahan sanitasi di perkotaan.
Artikel ini telah tayang di https://www.sonora.id dengan judul “BAZNAS BAZIS DKI dan PAL Jaya Luncurkan Program ‘Sanitasi Aman’ untuk Wujudkan Jakarta Bersih dan Sehat”.
Klik untuk baca: https://www.sonora.id/read/424247931/baznas-bazis-dki-dan-pal-jaya-luncurkan-program-sanitasi-aman-untuk-wujudkan-jakarta-bersih-dan-sehat
South Jakarta City Government appreciates the Peduli Lingkungan Masjid collaboration program initiated by Jakarta Baznas Bazis and Perumda Paljaya in realizing healthy sanitation.
“…one of the parameters being the improvement of the quality of life in the community,”
South Jakarta Acting Deputy Mayor, Ali Murthadho, stated that the South Jakarta Government expresses gratitude because Raya Al Insan Patal Senayan Mosque, Kebayoran Lama, has become the pilot project for the program.
“This is very good, as it is one of the programs supporting Jakarta as a global city, with one of the parameters being the improvement of the quality of life in the community, including related to healthy sanitation,” he mentioned, on Tuesday (5/6).
Ali hopes that the program, which benefits religious communities, will continue systematically and massively to reach more places of worship, especially in South Jakarta.
He advised mosque administrators to disseminate this good program to ensure effective waste management, from ablution water to wastewater, in order to prevent environmental contamination.
“Essentially, this program becomes a historical milestone or a good momentum for all of us to provide benefits to the community,” he expressed.
He added that the South Jakarta Government will also help disseminate this program to companies so they can assist in realizing healthy sanitation through corporate social responsibility (CSR) program.
“About 1,800 mosques and prayer rooms exist in South Jakarta. If their sanitation is managed well, it will certainly have a positive impact on environmental cleanliness and health,” he said.
Prosperity Council Chairman of Masjid Raya Al Insan, Ari Kuncoro, expressed his appreciation for the mosque’s inclusion in the healthy sanitation initiative.
“Following the direction of the Acting Deputy Mayor, I will disseminate this program to other mosque administrators in South Jakarta,” he concluded.
On that occasion, Jakarta Baznas Bazis Chairman, Akhmad H. Abubakar, and Perumda Paljaya President Director, Untung Suryadi, signed a Memorandum of Understanding (MoU) for the continuation of the program.
At the same time, Jakarta Baznas Bazis also provided donations to mosque caretakers and assistance for mosque operational management.